Seperti yang kita ketahui salah satu cara untuk
ikut serta dalam proses pencegahan Global Warming adalah dengan Reboisasi. Tapi
banyak di antara kita berfikir jika ikut berpartisipasi dalam kegiatan
reboisasi akan membutuhkan biaya yang cukup besar karena kita harus
membeli bibit tanaman. Sehingga kita dengan mudah mengambil kesimpulan
bahwa melakukan reboisasi akan menambah pengeluaran pribadi dan bukan
cara yang baik untuk dilakukan secara individu/perorangan. Di sini
apabila kita cermati lebih lanjut sebenarnya penghijauan tidak harus
dilakukan secara instant yang memerlukan biaya besar. Langsung saja
cara yang Aku maksudkan yaitu dengan menerapkan proses pengembangbiakan
vegetatif buatan. Cara ini ada beberapa macam yaitu
stek, cangkok, okulasi, mengenten dan merunduk. Tetapi yang paling
tepat dan cepat digunakan menurutku adalah cangkok.
Pernah melihat iklan di televisi yang mengkampanyekan satu orang membuang satu sampah pada tempatnya? Iklan tersebut menyerukan untuk melakukan hal kecil untuk membuat manfaat yang besar bagi semua orang. Jadi yang akan saya sampaikan adalah bagaimana jika setiap siswa di seluruh Indonesia ini diwajibkan melaksanakan pencangkokan tanaman mungkin untuk tahap awal sekali dalam setahun. Dan hasilnya tersebut dapat disumbangkan ke pemerintah terkait untuk dilaksanakan penghijauan. Serta menghimbau siswa untuk mengajak keluarga dan tetangga mereka agar ikut melaksanakan kegiatan ini. Kenapa siswa-siswi yang tidak bersalah yang harus bekerja di sini? Kenapa bukan kita? Padahal kitalah yang menyebabkan hutan-hutan menjadi gundul.
Manfaat dari kegiatan ini menurutku cukup banyak antara lain, mengenalkan siswa terhadap bahaya Global Warming, melatih siswa untuk melaksanakan kegiatan reboisasi sejak dini dan juga mendidik siswa untuk peduli dan cinta terhadap lingkungan. Masih banyak manfaat positif lainnya. Akan tetapi saya juga melihat beberapa hambatan mengenai program ini. Yang pertama, Siapa yang akan menyerukan program ini untuk diwajibkan dan disosialisasikan. Kedua, Tanaman apa yang cocok/memenuhi syarat untuk reboisasi dan juga mudah untuk dicangkok serta ditemukan oleh siswa-siswi. Ketiga, Jika tanaman tersebut siap ditanam, siapa yang bertugas untuk mengumpulkan, melaksanakan dan mengawasi proses reboisasi itu. Dan untuk mengatasi hal tersebut aku akan melakukan backlink ke halaman 10 Juta Pohon dari Organisasi Perempuan (somoga terdapat fasilitas trackback di applikasi web presidensby[dot]info sehingga tulisan ini dapat dibaca oleh redaksi dan disampaikan kepada Ibu Hj. Kristiani Herawati, amin). Aku yakin Ibu Ani akan percaya dan mendukung jika siswa-siswi di Indonesia juga mampu melawan Climate Crisis. Atau mungkin jika nanti banyak masyarakat yang mendukung program ini ada akan ada salah satu diantara temen-temen yang mengirim surat kepada pihak-pihak terkait untuk ikut serta melancarkan program ini.
Dan Aku pikir tahun ajaran yang baru ini saat yang tepat untuk memulai. Beberapa hari yang lalu aku membaca harian Kedaulatan Rakyat bahwa salah satu Sekolah Menengah Atas kota Yogyakarta yaitu SMAN 6 Yogyakarta mengakadakan kegiatan peduli lingkungan di hari terakhir kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) dengan menanam pohon langka (kepel dan sawo bludru). Mungkin ada sekolah-sekolah lain di Indonesia yang mengadakan kegiatan serupa. Dan ini bisa dijadikan alasan jika kegiatan peduli lingkungan bisa dikenalkan kepada siswa baru pasti juga bisa dikenalkan dan dilakukan oleh kakak-kakak kelas mereka.
0 komentar:
Posting Komentar